Pagi menjelag siang, sekitar pukul 09.00 WIB, Aula Kantor Perkumpulan Keluarga Berencana (PKBI) Sumatera Selatan (Sumsel), di Jalan Kolonel. H. Burlian Km 6 Palembang, Selasa (5 Desember 2023), “disulap” menjadi ruang pelatihan. Ada 10 lebih peserta yang memenuhi ruangan itu.

Kali itu, PKBI Sumsel menggelar pelatihan jurnalistik dengan tema “Pelatihan Jurnalistik dalam Membangun Literasi Media Bagi Staf, Kader dan Relawan” yang diikuti kader, staff dan relawan PKBI Sumsel.
Pada pelatihan ini, PKBI Sumsel menghadirkan jurnalis senior di Sumsel, Imron Supriyadi, S. Ag, M. Hum, yang ini Pemimpin Redaksi Media Online KabarSumatera.Com,berkantor di Palembang. Pelatihan berlangsung, mulai pukul 09.30 WIB-13.30 WIB, diakhiri dengan foto bersama.
Sebagai awal pelatihan, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang Periode 2009-2011 ini menjelaskan tentang perbedaan fakta dan opini.
MEMBUAT SIMULASI
Dosen Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (FDK UIN) Raden Fatah Palembang ini, kemudian membuka pelatihan dengan membuat simulasi kepada para peserta.
Kali pertama, Tim PKBI Sumsel diminta Imron untuk membagikan kertas metaplan kepada para peserta. Kertas metaplan, menurut sejumlah sumber digunakan sebagai media sharing ide pada pelatihan atau fasilitasi dengan teknik partisipatif dari para peserta. Metaplan juga sering digunakan sebagai media penjelasan struktur sederhana, sehingga lebih mudah diingat oleh peserta yang melihatnya.
MENULIS TIGA KATA
Kali itu, masing-masing peserta diminta Imron untuk mengamati salah satu peserta di samping atau didepanya, untuk kemudian menulis tiga kata.
“Satu orang mengamati satu peserta lain, tanpa dialog atau wawancara. Lihat, dan tulis apa yang terlihat dari hasil pengamatan Anda, dan tulis diatas kertas yang sudah dibagkian. Mulai dari sekarang!” ujar Imron memandu pelatihan, pagi itu.
“Tidak perlu terpengaruh dengan teman sebelahnya. Sebab hasil pengamatan Anda pasti berbeda-beda dengan teman lainnya. Ayo, tulis tiga kata saja, waktu dua menit!” ujar Imron
ketika masih Imron melihat, ada diantara peserta yang masih menoleh kiri dan kanan, melirik ke kertas teman di sebelahnya.
Dua menit berlalu. Imron meminta kepada perwakilan peserta mengemukakan tiga kata hasil pengamatan selama dua menit. Kali itu, Imron sedang mengajak para peserta untuk membedakan antara fakta dan opini.

LAPORAN NARATIF
Imron menjelaskan, hal ini menjadi penting, sebab para kader, staf dan relawan PKBI Sumsel yang suatu ketika melakukan advokasi sebuah kasus tertentu, pasti akan membuat laporan naratif. “Laporan naratif ini harus ditulis berdasar fakta secara runut, baik kronologisnya, data pendukung lainnya, sehingga laporan itu terganbar jelas secara detil,” tambahnya.
Lebih lanlut, Imron menjelaskan fakta itu segala sesuatu yang bisa ditangkap panca indra, bisa diverifikasi, terukur dan bisa dibuktikan. “Fakta bukan penafsiran wartawan kalau dalam dunia jurnalistik, bukan juga hasil kesimpulan wartawan. Sebab fakta bukan hasil dari imaginasi sebagaimana sastrawan, tetapi diperoleh dari lapangan, hasil observasi atau dari hasil riset data di lapangan, Itulah fakta,” tegas Imron yang kini aktif sebagai Sekretaris Umum (Sekum) Ikatan Wartawan Online (IWO) Sumsel periode 2023-2028.
BERCERITA
Tahab kedua, Imron meminta agar para peserta menceritakan perjalanan mereka, sejak bangun tidur sampai ke lokasi pelatihan. Beberapa peserta, didaulat Imron untuk menarasikan perjalanan peserta secara runut dari bangun tidur sampai ke kantor PKBI Sumsel, tempat pelatihan jurnalistik dilaksasanakan.
“Saya bangun tidur, kemudian masuk kamar mandi, dan sarapan…,” ujar Rahman, salah satu mahasiswa Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Palembang, yang sedang magang di PKBI Sumsel.
“Stop!” seketika Imron menghentikan ujaran Rahman. Lalu bertanya kepada para peserta yang hadir. “Adakah informasi yang terputus?” tanya Imron mengajak peserta berpikir sejenak, untuk memastikan runutan kisah Rahman kali itu.
“Saya ulang! bangun tidur, kemudian masuk kamar mandi? Ada informasi yang terputus. Berarti Rahman setelah bangun tidur saat mau ke kamar mandi, langsung menabrak pintu kamar, sebab Rahman tidak menjelaskan lebih dulu membuka pintu kamar, tapi langsung masuk kamar mandi. Kemudian dari kamar mandi, Rahman langsung sarapan, berarti Rahman tidak pakai baju waktu sarapan. Sebab dari kamar mandi Rahman langsung sarapan, tidak ada penjelasan mengenakan baju dulu baru kemudian sarapan. Sebelumnya, waktu Rahman buang hajat, pintu kamar mandi juga tidak ditutup, sebab Rahman langsung mandi, dengan baju yang tidak dibuka lebih dulu!” ujar Imron, yang kali itu mengajak berpikir detil terhadap sebuah kasus tertentu, dengan simulasi perjalanan peserta dari bangun tidur sampai ke lokasi pelatihan.
SEPELE TAPI BUKAN MAIN-MAIN
“Kesannya ini sepele dan main-main. Tapi jangan dianggap remeh. Sebab, menceritakan perjalanan Anda hari ini, dari bangun tidur sampai ke lokasi pelatihan dengan detil, menjadi dasar atau proses pembelajaran, bagaimana kita bisa berpikir runut dan detil. Ketika Anda suatu ketika sedang melakukan pendampingan kasus, untuk kemudian akan dibuat narasi atau laporan, kalau proses ini dilatih terus menerus, intuisi dan daya ingat Anda akan semakin tajam. Jadi, ketika Anda membuat narasi peristiwa dalam laporan, menulisnya juga harus runut, detil, terstruktur, sebagaimana Anda mengisahkan perjalanan Anda dari bangun tidur, terus kemana, kemudian berjalan kemana, kemudian apa yang Anda lakukan, hingga sampai di lokasi pelatihan,” tegasnya.
Imron lalu mengibaratkan di dunia perguruan tinggi, ketika dosen menyuruh mahasiswa membuat makalah, skripsi, tesis atau desertasi dalam progran doktoral.
“Anda kan kuliah? Pasti ada tugas membuat makalah kan? Ada pendahuluan, ada rumusan masalah, ada pembahasan masalah, dan kesimpulan. Atau kalau skripsi, tesis dan desertasi kan ada juga abstrak, atau ada landasan teori, gambaran umum obyek lokasi penelitian, apa tema yang dibahas? Endignya ya sama, ada masalah, atau rumusan masalah, ada pembahasan dan analisa berdasarkan data, kemudian ada kesimpulan. Sama halnya ketika Anda membuat narasi untuk laporan sebuah kasus yang sedang menjadi fokus PKBI. Semua harus runut, detill, terstruktur dan terukur, sehingga memudahkan tim untuk menganalisa dan menyimpulkan kasus yang sedang diadvokasi,” tambahnya.
PENULISAN JUDUL
Di sela-sela pelatihan, Imron juga menjelaskan tentang penulisan judul yang menarik, dan tujuh unsur berita yang dapat menjadi ukuran, sebuah informasi layak menjadi berita. Hal ini disampaikan Imron, merespon dari salah satu peserta yang menyoal tentang petingnya menulis judul yang menarik dalam menulis laporan, terutama rilis berita yang akan dipublikasi.
“Menulis judul yang menarik itu penting. Tetapi jangan mengabaikan fakta yang tertulis dalam isi berita. Misal, kita buat pelatihan hari ini, Pemimin Redaksi Kabar Sumatera, provokasi PKBI! Apa bisa?! Ya, bisa saja! Tetapi harus ada kutipannya, meskipun itu hanya fakta opini. Kalau kata-kata yang menyebutkan dalam judul itu itu tidak ada, namanya rekayasa wartawan atau kesimpulan wartawan. Itu namanya opini! Jangan hanya gara-gara ingin menarik perhatian publik, lalu Anda menulis judul yang sensasional, tetapi dalam teks beritanya tidak ada faktanya. Itu namanya membohongi publik! Silakan buat judul semenarik mungkin yang berdasar fakta dan mewakili publik, bukan mewakili pribadi! Sebab domain media itu adalah publik! Pembaca, atau pemirsa kalau televisi, atau pendengar kalau itu radio,” tegasnya.
Di akhir acara, usai makan siang, Imron juga menjelaskan tujuh unsur berita. Pada sesi akhir ini, Imron menjelaskan konsep dasar wartawan dalam menulis berita, yang didasari tujuh unsur berita.
“Paling tidak ada tujuh unsur berita yang bisa menjadi ukuran, mengapa informasi itu layak menjadi berita. Pertama; aktual, kedua; unik, ketiga; ketokohan, keempat; kedekatan, kelima; konflik, keenam; besaran kasus atau efek dan ketujuh; kemanusiaan.
1.AKTUAL
Aktual; informasi yang diberitakan merupakan informasi terbaru.
2. UNIK
Unik; informasi yang ditulis dan disiarkan luar biasa. “Misalnya; ada informasi begini; anjing menggigit manusia. Ini hal biasa. Tetapi kalau manusia mengggit anjing, informasinya jadi luar biasa. Itu yang namanya unik.
3. KETOKOHAN
Kemudian ketokohan. Informasi yang diberitakan terkait dengan tokoh, bisa bupati, gubernur, presiden, atau sosok orang biasa yang sedang viral. “Meski yang bersangkutan bukan tokoh, tetapi sedang jadi viral, artinya sedang menjadi perhatian publik, itu bisa masuk dalam kategori tokoh.
4. KEDEKATAN
Selanjutnya; kedekatan. Dekat dalam arti bisa secara geografis, bisa juga kedekatan emosional. Imro memberi permisalan informasi harga cabai di Palembang sedang naik. “Atau kita buat harga cabai di Palembang semakin pedas. Boleh, sebagai plihan kata lain dari kenaikan harga bacai. Informasi kedua, ada pesawat Palembang Airline jatuh di Amerika,” Imron memberi permisalan.
Secara emosional, keduanya dekat. Sebab ada kata “Palembang”. Tetapi yang perlu diingat, menurut Imron, kedekatan juga bisa didasari kebutuhan. “Sekarang, di Palembang banyak orang yang mebutuhkan cabai atau naik pesawat?” ujar Imron mengajak diskusi peserta.
5. KONFLIK
Kelima; konflik. Penjelasannya, menurut Imron, konflik sebagai salah satu unsur berita tidak harus konflik fisik, misalnya demo, bentrokan warga dan sejenisnya. Sebab konflik bisa konflik batin seseorang.
“Misalnya, ada penjual pempek yang sejak anak-anak sampai tua yang tidak berubah dan juga tidak berkembang. Apakah dalam diri penjual pempek itu ada konflik?” tanya Imron pada peserta.
Konflik yang dimaksud Imron dalam contoh ini, konflik batin dalam diri penjual pempek, antara tuntutan hidup dan kenyataan hidup.
“Secara manusiawi, siapapun berkeinginan hidup maju dan berkembang. Tetapi ketika ada penjual pempek, ini misalnya saja, tidak tumbuh dan berkembang, sementara kebutuhan hidup kian banyak. Di situlah unsur konflik, antara kebutuhan, keinginan dan fakta pendapatan yang belum seiring,” tegasnya.
6. BESARAN KASUS
Keenam; besaran kasus atau efek. Besaran kasus menurut Imron, bisa bermakna efek kebijakan dari otoritas wilayah, instansi terhadap sebuah kasus tertentu. “Misalnya, Dinas Perdagangan Sumsel menyatakan, pekan depan harga beras akan naik. Atau Gubenur Sumsel menyatakan, kewajiban mengenakan batik di Hari Jumat bagi semua ASN. Dua unsur yang masuk, selain ketokohan sosok gubernur, juga efek kebijakan yang harus ditaati semua ASN di instansi pemeirntah provinsi Sumsel,” tambahnya.
Makna lainnya, besaran kasus bisa berdasat dari akibat banjir bandang, atau jenis musibah lainnya yang berdampak luas pada jumlah korban yang besar.
“Kasus kekerasan terhadap anak juga bisa. Sebab, 90 persen pasangan suami isteri memiliki anak. Bila kemudian ada kasus kekerasan terhadap anak yang terberitakan, secara psikologis akan berdampak luas. Ini juga bisa dikatakan sebagai besaran kasus,” ujarnya.
7. KEMANUSIAAN
Ketujuh; kemanusiaan. Kemanusiaan, ini menurut Imron bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Diantaranya, informasi terbaru tentang ratusan warga Rohingya Myanmar yang mengungsi ke Aceh, juga bisa dilihat dari kemanusiaan. “Sebab, faktanya para pengungsi selalu berhadapan dengan kebutuhan air bersih, makanan yang sehat, dan lainnya,” ujarnya.
Pada pembukaan acara dijelaskan, pelatihan ini menjadi penting, karena staf, kader dan relawan PKBI, sebagaimana disebutkan dalam pkbi.or.id, dalam aktifitasnya PKBI melakukan berbagai kegiatan, diantaranya pemberian informasi dan edukasi bagi anak, remaja, dan keluarga; ikut serta dalam advokasi dan kampanye penghapusan kekerasan seksual; penanggulangan HIV dan AIDS di lndonesia; layanan Keluarga Berencana dan aktif melakukan advokasi untuk pemenuhan hak kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Sebelumnya, pada pembukaan, Program Officer PKBI Program Inklusi PKBI Sumsel, Imam Pahlevi A.md menjelaskan, tujuan kegiatan ini agar staf, kader dan relawan dapat memperoleh pengetahuan tentang menulis narasi jurnalistik, terutama kode etik dalam penulisan laporan kegiatan, tulisan di media dan narasi kegiatan.
FUNGSI MEDIA
Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif PKBI Sumsel, Nindi Nupita S.E menjelaskan, pelatihan ini juga untuk mendukung penjangkauan program Inklusi melalui sosial media. Sebab menurut Nindi, fungsi media sangat strategis untuk memberikan informasi dan edukasi (pendidikan) bagi masyarakat, termasuk anak dan remaja.
“Oleh sebab itu, PKBI Sumatera Selatan, melalui kegiatan Learning Culture, menjadi sangat perlu menggelar pelatihan ini,” tambahnya.
Lebih lanjut Nindi menjelaskan, tujuan lainnya pelatihan ini, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta dalam penulisan, menarasikan dan menginterpretasikan, dari hasil yang mereka lihat dan mereka dapatkan di lingkungan sekitar, lalu dikembangkan dan dituangkan dalam bentuk tulisan yang sesuai kode etik jurnalistik.
“Melalui pelatihan ini, diupayakan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta, terkait penulisan dan peliputan anak di bawah umur sesuai kode etik jurnalistik,” tegasnya.
Oleh sebab itu, Nindi herharap, agar peserta dapat menyimak dengan baik dan aktif mengikuti semua materi dari narasumber.
“Kami berharap, melalui pelatihan ini, staf, kader dan relawan akan bisa memahami tentang cara menulis narasi sebagaimana tulisan jurnalistik. Oleh sebab itu, semua peserta agar bisa menyimak dengan baik, materi yang disampaikan pemateri,” ujarnya.
Acara kemudian diakhiri dengan foto bersama Direktur Eksekutif PKBI Sumsel, Nindi Nupita S.E, Pemateri, Imron Supriyadi, S. Ag, M. Hum bersama peserta, usai pelatihan.**
TEKS : TIM REDAKSI | FOTO : DOK.PKBI SUMSEL