Mencari Kepala Daerah Bervisi Profetik

Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)

Berita19 views

PALI | Tintamerah.co.id -, Pemilihan Kepala Daerah atau PILKADA akan dilaksanakan pada November mendatang. Sekian banyak gambar calon telah ditampilkan untuk mengisi posisi kepala daerah masing-masing. Beserta slogan yang memberikan gambaran tentang visi misi seolah menjadi janji ketika mereka terpilih.

Janji kampanye bernuansa dunia sudah banyak dan seringkali terulang seiring waktu. Komitmen dalam bingkai hukum nampaknya tidak memberi kepastian untuk memenuhi apa yang menjadi alasan masyarakat memilih para pemimpin selama ini. Maka dibutuhkan suatu kesungguhan, komitmen tersebut akan teruji secara sesungguhnya melalui visi profetik atau kenabian.

Tidak banyak, bahkan belum pernah ada calon pemimpin sampai pemimpin terpilih selama ini yang secara tegas menyatakan membawa visi kepemimpinan profetik. Padahal profetik adalah karakteristik yang jelas dan dapat diuji oleh setiap orang, baik kepribadian pemimpin, semangat, sampai program kerjanya.

Pada karakter profetik, pemimpin dapat menjawab persoalan dan persoalan masyarakat secara sesungguhnya. Karakter khas kesucian profetik atau kenabian selain memang dibutuhkan, juga kenyataannya sulit ditemukan. Maka pemimpin Bervisi profetik adalah ideal.

Sosok pemimpin identik dengan kepemimpinan yang mengemban tanggungjawab sebagai pimpinan di bawah pengawasan Tuhan. Ketaatan kepadanya termasuk ketaatan kepada Tuhan. Maka pemimpin dengan karakter yang dekat dengan Tuhan, sebagai representasi hubungan masyarakat yang dipimpinnya dengan Tuhan.

Dialah pemimpin berkarakter profetik. Sebab tidak semua pengembangan visi profetik/kenabian sedia untuk sekaligus memimpin masyarakat sebagai warga suatu negara, menjadi pemimpin bervisi profetik adalah istimewa. Keprofetikan menjadi karakter ideal atau tentunya diidam-idamkan orang. Bayangkan saja suatu daerah dipimpin oleh orang berkarakter demikian, tentu banyak yang akan menuju ke wilayah tersebut untuk menjadi warganya.

BACA JUGA  Mulai Hari ini Polres Aceh Timur Gelar Operasi Patuh Seulawah, Ini 8 Sasaran Pelanggaran yang Diincar

Kepemimpinan adalah inti dari keberhasilan suatu pemerintahan, termasuk di tingkat daerah. Di tengah kompleksitas tuntutan masyarakat dan berbagai tantangan yang dihadapi, konsep kepemimpinan profetik menjadi semakin relevan untuk diterapkan oleh para kepala daerah. Kepemimpinan profetik merujuk pada model kepemimpinan yang meneladani sifat dan nilai-nilai kenabian, seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan integritas moral.

Nilai-Nilai Utama Kepemimpinan Profetik

  1. Shiddiq (Kejujuran) Seorang kepala daerah yang menerapkan prinsip kejujuran akan selalu transparan dalam menjalankan tugasnya. Dalam konteks tata kelola pemerintahan, transparansi ini tercermin melalui pengelolaan anggaran yang akuntabel, pelaporan yang jujur, serta kebijakan yang terbuka untuk dikritisi oleh publik.
  2. Amanah (Dapat Dipercaya) Amanah berarti seorang pemimpin harus dapat dipercaya dan mengemban tanggung jawab dengan baik. Dalam pemerintahan daerah, amanah tercermin dalam penggunaan kekuasaan untuk kepentingan masyarakat luas, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
  3. Fathanah (Kecerdasan) Kepala daerah yang profetik harus memiliki kecerdasan dan kebijaksanaan dalam membuat keputusan. Kecerdasan ini bukan hanya dalam hal intelektual, tetapi juga emosional dan sosial. Pemimpin yang bijak memahami kebutuhan masyarakatnya dan mampu merespons tantangan dengan solusi yang efektif dan berkelanjutan.
  4. Tabligh (Komunikasi yang Baik) Pemimpin profetik juga harus mampu menyampaikan gagasan dan visi dengan jelas kepada masyarakat. Komunikasi yang baik memastikan bahwa program pembangunan dapat diterima dan didukung oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, kepala daerah harus terbuka untuk mendengar masukan dan kritik dari masyarakat sebagai bentuk demokrasi yang sehat.
BACA JUGA  Sajikan Game Menarik, Stand Dinkominfo Muba Jadi Objek Kunjungan Di Muba Expo

Di era modern ini, kepala daerah dihadapkan pada beragam tantangan, mulai dari masalah ekonomi, lingkungan, hingga sosial politik. Kepemimpinan profetik menawarkan solusi dengan pendekatan yang berlandaskan moral dan etika. Sebagai contoh, dalam menghadapi masalah korupsi, seorang pemimpin profetik tidak hanya mengandalkan aturan hukum yang ketat, tetapi juga menekankan pentingnya kesadaran moral dan tanggung jawab sosial.

Pada konteks pembangunan, pemimpin yang berorientasi profetik akan memastikan bahwa kebijakan yang diambil tidak hanya berfokus pada kemajuan fisik atau ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan aspek kemanusiaan, lingkungan, dan keadilan sosial. Misalnya, pembangunan infrastruktur yang dilakukan tidak merugikan masyarakat kecil atau merusak lingkungan.

Menghadirkan Kepemimpinan Profetik di Tingkat Daerah

Kepemimpinan profetik bukan sekadar konsep ideal yang sulit diwujudkan. Kepala daerah dapat memulainya dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar yang sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai universal. Sebagai langkah awal, integritas moral pemimpin harus dijaga. Seorang kepala daerah yang berkomitmen terhadap kejujuran dan keadilan akan mendapat kepercayaan masyarakat, yang pada gilirannya meningkatkan partisipasi publik dalam pembangunan.

Kepala daerah yang menerapkan kepemimpinan profetik juga harus bersikap adil dan merata dalam mendistribusikan sumber daya. Tidak boleh ada diskriminasi dalam pelayanan publik. Semua warga, tanpa memandang latar belakang, harus mendapatkan hak yang sama dalam menikmati fasilitas publik dan program-program pemerintah.

BACA JUGA  IWO Kunjungi Kejari Kota Pagaralam

Kesimpulan

Kepemimpinan profetik memberikan alternatif bagi model kepemimpinan yang sering kali berorientasi pada kekuasaan dan keuntungan semata. Dengan meneladani nilai-nilai kenabian seperti kejujuran, amanah, kecerdasan, dan komunikasi yang baik, kepala daerah dapat menjalankan pemerintahan yang lebih manusiawi dan berkelanjutan. Pada akhirnya, kepemimpinan profetik mampu membangun masyarakat yang adil, sejahtera, dan harmonis, sesuai dengan tujuan ideal dari setiap pemerintahan.

Sebagai kepala daerah atau calon pemimpin daerah, adopsi kepemimpinan profetik bukan hanya menjadi tanggung jawab moral, tetapi juga merupakan kebutuhan untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih baik dan bermartabat.

Meski tidak mudah bukan berarti tidak mungkin! Sejarah menunjukkan seorang manusia dengan kepribadian mulia pernah memimpin suatu negara sekaligus membentuk administrasi di sana, Madinah oleh Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa Sallam di zamannya. Keadilan dijunjung sedemikian rupa. Tidak hanya terhadap umatnya, namun juga kelompok di luar agamanya mengakuinya hingga saat sekarang. Semua orang ridho dengan kepemimpinnya.

Di tengah banyaknya fenomena orang-orang, berusaha mengikuti jejak dengan mencontoh suri teladan tersebut, di zaman sekarang merupakan kesempatan untuk menciptakan zaman yang dikenal dalam sejarah dengan istilah zaman keemasan atau potret kehidupan ideal. Maka bukan tidak mungkin, sosok calon pemimpin bervisi profetik akan menciptakan kembali kondisi madani ke depannya melalui pemilihan kepala daerah, tahun ini. Tetap harus optimis!

Editor: Efran